1. GRUMPIES
( Grown Up Mature Person)
Karakteristik identitas grumpies ditandai dengan rentang usia sekitar 30 sampai dengan 40 tahun atau
rata-rata masih di bawah setengah abad.
Bisa dikatakan jika kelompok grumpies berada pada usia emas karena secara pendapatan mereka
sangat mumpuni sehingga berkorelasi dengan barang kebutuhan (consumer goods) yang dikonsumsi yang
jelas memiliki kualitas terbaik dan layanan jasa yang mengutamakan
profesionalitas. Barang kebutuhan yang dijadikan lahan pada kategori grumpies
sudah bisa ditebak, mulai dari bahan pangan kualitas wahid, baik itu produk
beras (Pulu Mandoti), lauk bergizi tinggi (Ikan-ikanan berkualitas seperti
Nila, Salmon, Lobster, dsb), atau barang-barang sandang, seperti sepatu, baju,
dan celana yang berlabel super mewah seperti Giorgio Armani, Machbet, Stella
McCartney kids, Tod’s, Louis Vuitton dsb sampai pada produk tranportasi pun, golongan ini tak
mau tahu dengan harga mobil-mobil berspesies Mercedes-Benz SLR McLaren, Bently,
Lamborgini, dkk.
2. YUPPIES (Young
And Wardy-Mobile
Professional)
Karakteritik golongan Yuppies bisa dikatakan nyaris sama dengan mereka yang
beridentitas Grumpies, yaitu
sama-sama memiliki daya beli yang tinggi. Namun perbedaannya, kelompok yang
satu ini tidak sejor-joran golongan sebelumnya dan lebih memokuskan kedigdayaannya
dalam mengonsumsi ke arah consumer goods yang
mendukung profesinya. Misalnya pada pakaian kerja, golongan Yuppies lebih ikhlas memilih produk
keluaran Burberry, Dolce dan Gabbana,
Chanel, DKNY (Donna Karen New York), Calvin Klein dan sebangsanya. Mereka
juga rutin melakukan perawatan kulit berharga kurang waras seperti Facial emas 24
karat, Creambath kaviar, dan lain-lain, hanya demi terlihat super di
lingkungan kerjanya.
3. DINKs ( Double Income No
Kids)
Jika dilihat dari label identitasnya, dapat dengan
gampang diketahui jika golongan Dinks adalah sepasang suami-istri yang
sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan tinggi namun belum memiliki akte
kelahiran anak di rumahnya. Sama seperti karakteristik kelompok yuppies, mereka yang beridentitas dinks adalah para eksekutif yang
mementingkan performa penampilan dalam konsumsinya sebagai tuntutan dalam dunia
kerja, sehingga barang-barang yang dibeli tidak jauh-jauh dari merek-merek
pakaian seperti Hugo Boss, Max Mara, Marc
Jacobs, Roberto Cavalli, Ralph Lauren, Moschino, dan lain-lainnya.
4. MUMPIES ( Middle Age Upwardly Mobile Profesional).
Golongan mumpies adalah
mereka yang baru saja menjajaki karier dan mungkin baru menikah dan bisa juga
sudah memiliki satu atau dua orang anak. Pada
kategori ini, mereka sudah mulai memikirkan barang-barang konsumsiyang
menyangkut kebutuhan anak seusia balita seperti susu bubuk, popok, perlengkapan
mandi bayi dan obat-obatan. Golongan mumpies juga tidak ketinggalan mengonsumsi
barang-barang seperti the Bodyshop, Periplus,
TV One, Polygon dan sebagainya
yang merupakan benda umum yang dibeli oleh mereka yang beridentitas sebagai mumpies. Walau pun dikatakan sebagai
golongan “yang baru mengenal dunia
kerja”, namun terkadang mereka juga bisa digolongkan sebagai anggota grumpies jika dilihat dari latar
belakang keluarganya sehingga kapasitas beli mereka bisa disandingkan dengan
mereka yang berada pada taraf Grown
Up Mature Person
5.
ROFEIS ( retired older folk)
Golongan Rofeis adalah
mereka yang terhitung sebagai pensiunan atau telah mengakhiri masa bakti pada
sebuah lembaga kerja karena usia yang telah menyenja. Meskipun terdiri dari
para pensiunan namun kemampuan daya beli mereka terhitung tidak meragukan
bahkan cenderung konsumtif, terutama pada produk-produk bergenre kesehatan dan
asuransi, seperti konsumsi obat-obatan untuk penyakit jantung, stroke, ginjal,
transplantasi organ, mendaftar di Prudential,
AIG, Standard Charter dan lain sebagainya. Hanya saja, kelompok rofeis masih terkesan diabaikan oleh
pihak pasar dengan alasan daya beli mereka yang dianggap merendah karena usia.
6. RORFIES (retired older rich
folk)
Walau pun secara usia, kelompok ini sudah terhitung
beraroma tanah seperti karakteristik rofies,
namun ditilik dari semangat juang untuk kaya, kelompok rorfies jauh lebih obsesif dan agresif dalam sisa hidupnya. Mereka bukan
golongan pria atau wanita tua yang duduk di kursi goyang sambil mengenang masa
muda dan berbagi kisah pada anak cucunya, namun mereka aktif berinvestasi dan
mencari laba pada berbagai penanaman modal yang kebanyakan terselip pada
perusahaan bonafit dan cenderung raksasa.
Produk yang mereka gunakan bukan lagi berjenis benda
konkrit namun beralih ke sektor jasa dan kegiatan perpolitikan. Di sektor jasa
mereka mengincar bidang-bidang vital seperti media massa dan di Indonesia hal
ini sudah jamak ditemukan, seperti contohnya Surya Paloh yang membawahi grup
media yang bergerak di banyak bidang penyiaran dan persuratkabaran sekaligus
ikut aktif di bidang politik, bahkan ia dikabarkan ingin mencalonkan diri
sebagai presiden Republik Indonesia selanjutnya.