Selasa, 05 April 2022

Project: Lazarus

Sekarang aku merasa sebagai mayat. Kematian sudah datang menjemput dan aku tak punya daya lagi untuk menghindar.

Bukan kematian secara fisik, tentunya.

Namun jika kau pernah membawa harapan dengan sungguh, berusaha dengan yakin menjaganya agar tumbuh, kau pasti tahu rasanya kenyataan pedih saat di garis akhir, yang selama ini kau pikul tak lebih dari sia-sia belaka.

Rasanya, aku tak perlu mati fisik dulu untuk tahu seperti apa kehilangan nyawa itu.


"Tapi bahkan di balik reruntuhan sehabis bencana, akan ada puing yang siap dibangun kembali, kan?"


Walau kalimat yang barusan kuketik dengan sangat tak yakin, dengan perasaan babak belur, dicengkram rasa sendiri yang menggigit, aku tak punya pilihan lain kecuali percaya.


Seperti Lazarus yang 4 hari jadi jasad sebelum nyawanya dikembalikan ke tubuh semula, aku pun harus berjanji bakal hidup lagi nanti.

Mungkin bukan secepat 4 hari, mungkin nyawa yang kembali tak utuh pulih, tapi tak penting, asal aku bisa mengatasi maut ini.


Di belantara maya, kuketik pesan ini sebagai prasasti, yang suatu saat nanti akan kujumpai lagi, ketika aku sudah sanggup berucap: ya, aku hidup kembali.