Selasa, 01 Agustus 2023

Pada akhirnya, yang tersisa dari kita adalah kenangan

Malam menjauh larut. Mataku masih membuka terjaga. Lelah dan kantuk seperti ragu muncul, tampak sungkan mengijinkanku merakit kalimat-kalimat yang mengusut di ingatan.

Saat-saat seperti ini, waktu yang berjalan seperti sebuah kesempatan untuk mengurai rentang kenangan. Kesempatan untuk menjaga kilas terlewat agar tetap melekat, terawat. Karena pada akhirnya, yang tersisa dari kita adalah kenangan. Kita adalah sebungkus kulit dan tulang yang menjejakkan langkah untuk mengutip ingatan. Kita adalah sejarah yang tertunda. Masa depan hanyalah ketiadaan yang menggoda. Tipuan prediksi.

Oh, demi Tuhan, perasaan kecil itu begitu menganggu. Perasaan yang menguar ketika menatap langit, dengan tebar bintang yang melebar ke segala, dan aku hanyalah noktah yang tak dianggap oleh semesta.

Aku ingin diingat, ingin dikenang, seperti nyala lampu minyak malam yang tetap betul-betul dijaga agar terhindar padam. Namun sampai kapan? Di mana batas wujudku bertahan mengada dalam pikiran orang-orang? Karena bagian yang tampak lebih menyakitkan dari mati hanyalah memudar terlupakan.

Jangan biarkan aku lenyap, tetaplah jadikan aku sebuah ingatan yang membekas, walau hanya sewujud noktah, kilas yang sesaat saja menyapa. Kenanglah aku sebagai sesuatu, yang pernah punya cerita dan sejarah. Karena hanya dengan itu saja, kematian tidak lagi tampak sebagai tuntas.


(6-5-2018)