Kamis, 30 Mei 2013

KELOMPOK KONSUMEN MENURUT W. SAKSONO NOERARDI


1.      GRUMPIES ( Grown Up Mature Person)
Karakteristik identitas grumpies ditandai dengan rentang usia sekitar 30 sampai dengan 40 tahun atau rata-rata masih di bawah setengah abad.
Bisa dikatakan jika kelompok grumpies berada pada usia emas karena secara pendapatan mereka sangat mumpuni sehingga berkorelasi dengan barang kebutuhan (consumer goods) yang dikonsumsi yang jelas memiliki kualitas terbaik dan layanan jasa yang mengutamakan profesionalitas. Barang kebutuhan yang dijadikan lahan pada kategori grumpies sudah bisa ditebak, mulai dari bahan pangan kualitas wahid, baik itu produk beras (Pulu Mandoti), lauk bergizi tinggi (Ikan-ikanan berkualitas seperti Nila, Salmon, Lobster, dsb), atau barang-barang sandang, seperti sepatu, baju, dan celana yang berlabel super mewah seperti Giorgio Armani, Machbet, Stella McCartney kids, Tod’s, Louis Vuitton dsb sampai pada produk tranportasi pun, golongan ini tak mau tahu dengan harga mobil-mobil berspesies Mercedes-Benz SLR McLaren, Bently, Lamborgini, dkk.

2.      YUPPIES (Young And Wardy-Mobile Professional)
Karakteritik golongan Yuppies  bisa dikatakan nyaris sama dengan mereka yang beridentitas Grumpies, yaitu sama-sama memiliki daya beli yang tinggi. Namun perbedaannya, kelompok yang satu ini tidak sejor-joran golongan sebelumnya dan lebih memokuskan kedigdayaannya dalam mengonsumsi ke arah consumer goods yang mendukung profesinya. Misalnya pada pakaian kerja, golongan Yuppies lebih ikhlas memilih produk keluaran Burberry, Dolce dan Gabbana, Chanel, DKNY (Donna Karen New York), Calvin Klein dan sebangsanya. Mereka juga rutin melakukan perawatan kulit berharga kurang waras seperti Facial emas 24 karat, Creambath kaviar, dan lain-lain, hanya demi terlihat super di lingkungan kerjanya.

3.      DINKs ( Double Income No Kids)
Jika dilihat dari label identitasnya, dapat dengan gampang diketahui jika golongan Dinks adalah sepasang suami-istri yang sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan tinggi namun belum memiliki akte kelahiran anak di rumahnya. Sama seperti karakteristik kelompok yuppies, mereka yang beridentitas dinks adalah para eksekutif yang mementingkan performa penampilan dalam konsumsinya sebagai tuntutan dalam dunia kerja, sehingga barang-barang yang dibeli tidak jauh-jauh dari merek-merek pakaian seperti Hugo Boss, Max Mara, Marc Jacobs, Roberto Cavalli, Ralph Lauren, Moschino, dan lain-lainnya.

4.      MUMPIES ( Middle Age Upwardly Mobile Profesional).
Golongan mumpies adalah mereka yang baru saja menjajaki karier dan mungkin baru menikah dan bisa juga sudah memiliki satu atau dua orang anak. Pada  kategori ini, mereka sudah mulai memikirkan barang-barang konsumsiyang menyangkut kebutuhan anak seusia balita seperti susu bubuk, popok, perlengkapan mandi bayi dan obat-obatan. Golongan mumpies juga tidak ketinggalan mengonsumsi barang-barang seperti the Bodyshop, Periplus, TV One, Polygon dan sebagainya yang merupakan benda umum yang dibeli oleh mereka yang beridentitas sebagai mumpies. Walau pun dikatakan sebagai golongan “yang  baru mengenal dunia kerja”, namun terkadang mereka juga bisa digolongkan sebagai anggota grumpies jika dilihat dari latar belakang keluarganya sehingga kapasitas beli mereka bisa disandingkan dengan mereka yang berada pada taraf Grown Up Mature Person

5.      ROFEIS ( retired older folk)
Golongan Rofeis adalah mereka yang terhitung sebagai pensiunan atau telah mengakhiri masa bakti pada sebuah lembaga kerja karena usia yang telah menyenja. Meskipun terdiri dari para pensiunan namun kemampuan daya beli mereka terhitung tidak meragukan bahkan cenderung konsumtif, terutama pada produk-produk bergenre kesehatan dan asuransi, seperti konsumsi obat-obatan untuk penyakit jantung, stroke, ginjal, transplantasi organ, mendaftar di Prudential, AIG, Standard Charter dan lain sebagainya. Hanya saja, kelompok rofeis masih terkesan diabaikan oleh pihak pasar dengan alasan daya beli mereka yang dianggap merendah karena usia.

6.      RORFIES (retired older rich folk)
Walau pun secara usia, kelompok ini sudah terhitung beraroma tanah seperti karakteristik rofies, namun ditilik dari semangat juang untuk kaya, kelompok rorfies jauh lebih obsesif dan agresif dalam sisa hidupnya. Mereka bukan golongan pria atau wanita tua yang duduk di kursi goyang sambil mengenang masa muda dan berbagi kisah pada anak cucunya, namun mereka aktif berinvestasi dan mencari laba pada berbagai penanaman modal yang kebanyakan terselip pada perusahaan bonafit dan cenderung raksasa.
Produk yang mereka gunakan bukan lagi berjenis benda konkrit namun beralih ke sektor jasa dan kegiatan perpolitikan. Di sektor jasa mereka mengincar bidang-bidang vital seperti media massa dan di Indonesia hal ini sudah jamak ditemukan, seperti contohnya Surya Paloh yang membawahi grup media yang bergerak di banyak bidang penyiaran dan persuratkabaran sekaligus ikut aktif di bidang politik, bahkan ia dikabarkan ingin mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar