Seorang sahabat baik yang akan
tetap mendoakan, walau hanya dalam sebaris harap singkat yang gagal terbaca,
atau urung terlarung di antara samudera tanpa nama yang melayarkan cariknya.
Tetaplah menjadi sama, seperti
lingkup ingatan tentang detak dan detik yang kerap mengisi, sedikit tentang
bincang-bincang dini hari yang sering kita tertawakan sebagai bagian dari sejarah
yang salah.
Satu tahun, atau mungkin dua, ah,
bagi kita, itu seumpama kilasan detik di pelataran pikiran (yang kadang hanya
menampilkan sedikit) dari keseluruhan pagelaran panjang nan minimalis yang kita
tulis bersama skenarionya.
Komedi tragedi—atau sebagai seorang optimistik sejati—kita labeli sebagai tragedi yang diakhiri dengan jajaran tawa lirih. Yang kadang dipaksa, tapi seringnya kita bisa nikmati bersama.. setidaknya itu yang aku yakini sampai hari ini.
Seorang sahabat baik mungkin
bukan untuk diingat seperti mereka yang dijuluki si pencuri hati, bahkan
kilasnya hanya muncul beberapa kali jika keberuntungan kebetulan melekati satu
titik waktu yang membawanya kembali. Seperti sodoran pigura yang lekas ditarik,
ia hanya mendetakkan ingatanmu sesaat, sebelum hilang lenyap di antara serat-serat
kusut arus memori yang kejar mengejar mencari atensi.
Kita lupa, cara bertahan tanpa
repot-repot merasa kehilangan.
Kau tertawa, aku meringis. Mencoba
terlihat tegar dengan rona lucu yang sering kautimpali dengan senyum lugu.
Aku kalah dan menang di saat yang
bersamaan.
Atau.. kita bersama kalah, untuk
kembali menang, dan kemudian kalah lagi esoknya, dan menang lagi setelahnya.
Lalu mengenang..
Mungkin bukan ujung yang penuh
padang rerumputan, atau sinar matahari, atau jejalan ingatan berseri, yang kita dapati, hanya
sejumput perasaan yang agak sesal, kata maaf yang mengusang, dan sayangnya..
tak sempat terucap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar